Assalamu'aikum...
Otak manusia dan misteri
Apakah yang ada pada otak manusia? Ada energi listrik halus, yg
mengalir di otak manusia. disinilah kunci ilmu batin/mata batin. di dalam
otak ada bagian kecil otak yg berfungsi mengatur pernafasan. Dan nafas
adalah motor naiknya energi. Dari cakra bawah, Guru saya pernah
mengatakan awal ilmu batin adalah NAFAS.
Sebelum terbuka mata batin, di otak manusia mempunyai daya energi listrik halus. Dan ketika kita
mengelola gerak/olah nafas/berzikir /tafakur/olah tenaga dalam/gerak sholat/meditasi maka akan menghasilkan energi baru dan naik
ketika nafas tertahan. ampas dari hembusan itu tertinggal di otak...
Ketika energi cakra bawah itu naik akan terjadi proses pembaruan
antara energi lama dan baru.dan disitu kekuatan energi kekuatan
energi lahir dan batin. Membuka mata batin itu membutuhkan energi
yang besar..
Di saat menyatu 2 energi itu kita mengalami proses bingung dan bisa2 stress.
Disaat energi batin itu stabil melalui meditasi/tafakur/semedi
Mata,telinga,ingatan menjadi tajam. pandangan mata selalu membiaskan
cahaya.energi gaib akan terlihat dan rasa menjadi tajam kepada yang kuasa.
Jin makluk energi yang dapat kita lihat dan kita rasa/kita bakar melalui energi batin yang sudah aktif.
Energi itu akan terasa di dahi manusia. Dan kedua tapak tangan adalah
pedang yang tajam atau nafas akan menjadi cahaya..dapat mengusir jin dengan
ruqiyah...
Rabu, 05 Oktober 2016
Selasa, 04 Oktober 2016
ULUMUL QUR'AN
Resume
Bi Tashorrufin
30
September 2016
Materi
Makki dan Madani
Oleh : Dr.
Ulin Nuha, MA.
MAKKIY & MADANIY
-
Mulai dari
pasca Rasul saw. wafat
-
Menjadi
penting sebab untuk:
·
Untuk
mengetahui Hikmah Tasyri’
·
Untuk
mengetahui Nasikh mansukh
-
Beragam cara
ulama dalam mengklasifikasi ayat Makkiy dan Madaniy:
1. Pendekatan geografis
Berpatokan pada dua kota besar yang ditinggali Nabi saw.
Jika turun di Makkah dan sekitarnya maka disebut Makkiyyah, dan jika
turun di Madinah dan sekitarnya maka disebut Madaniyyah.
2. Pendekatan Historis – kronologis
Menetapkan hijrah Nabi saw. ke Madinah sebagai pembatas
yang membedakan antara Makkiyyah dan Madaniyyah.
3. Pendekatan Sosiologis – antropologis
Lebih melihat pada mukhothob dalam ayat. Kalau
yang disampaikan untuk ahli Madinah maka disebut Madaniyyah dan
sebaliknya.
4. Pendekatan Filosofis
Memandang kajian komprehensif tentang tema atau isi
(konten) dari surat. Pada pendekatan ini akan menimbulkan ciri-ciri seperti
yang disimpulkan para ulama’. Sebagai contoh ayat yang diawali يا أيها الناس maka
menunjukkan ayat Makkiyyah dan يا أيها الذين ءامنوا
menunjukkan ayat Madaniyyah, walaupun tidak semua memakai rumusan ciri semacam
itu.
Jumhur lebih memilih pada pendekatan historis sebab mampu
mengkoordinir ayat-ayat yang jauh (letaknya) dari Makkah maupun Madinah,
seperti ayat peperangan (hudaybiyyah), thaif, dan ayat saat isra' (menurut qil)
saat di langit.
-
Minimnya
informasi tentang penetapan turunnya ayat sehingga membutuhkan penetapan
ciri-ciri seperti pada pendekatan keempat.
-
Perbedaan
dalam pengklasifikasian ini secara logis akan menyebabkan adanya perbedaan
jumlah surat dalam tiap kelompoknya
-
Jumhur
menggunakan metode Aghlabiyyah (ayat yang paling dominan) dalam
menggolongkan ‘surat’ tersebut Makki atau Madaniy, atau terkadang menggunakan
metode Ro’s al-ayat, permulaan ayat sebagai penentu golongan Makki atau
Madaniy.
-
Adanya
klarifikasi ini tidak mengganggu keotentikan al-Qur’an
-
Urutan surat
dalam al-Qur’an terdapat bermacam pendapat ulama: (Manahil, azZarqoniy)
1. Urutan ayat dan surat adalah tauqifiy atau
ketetapan dari Allah SWT
2. Urutan ayat dalam satu surat adalah tauqifiy,
namun urutan surat adalah ijtihadiy atau hasil ijtihad sahabat Utsman
berserta tim. Ini adalah pendapat
yang dipakai oleh jumhur.
3. Urutan ayat dan surat adalah ijtihadiy
4. Jika ada riwayat-riwayatnya maka tauqifiy
dan jika tidak ada riwayatnya maka ijtihadiy. Seperti riwayat ضع اية كذا وكذا, juga اقرؤا الزهروين.
Kesemua tadi tidak merusak
keorisinilan al-Qur’an. Ketika sebuah hasil ijtihad telah disetujui dan telah mujma’
maka pasti kebenarannya. Oleh sebab itu, tugas kita hanyalah mengikuti dan
mempelajari.
ULUMUL QUR'AN
Resume
Bi Tashorrufin
23
September 2016
Materi
Sab’atu Ahruf
Oleh : Dr.
Ulin Nuha, MA.
SAB’ATU AHRUF (SA)
-
Merupakan
persoalan yang tak kunjung usai bahkan sampai detik ini, baik antara ulama
Sunni maupun antara ulama Sunni dengan aliran yang lain
-
As-Suyuthi
mengatakan ada 21 sahabat -atau bahkan ada ulama lain yang mengatakan 24
sahabat- yang meriwayatkan tentang SA, dengan jumlah perowi yang sangat banyak,
yang menurut Ibn Taymiyyah bahwa pembahasan tentang SA ini telah mencapai batas
Mutawatir (Sanad dan riwayat yg sangat banyak).
-
Menurut Ahlus
Sunah, SA ini ada dan harus diwacanakan. Sedangkan Syi’ah tidak mempercayai
keberadaan SA ini sebab perowi hadits tentang SA adalah bukan ahlu Bayt. Bahkan
ada ungkapan yang berbunyi القرءان
نزل من عند واحد واختلافه يجيئ من قبل الرواة , bahwa Al-Qur’an itu satu, diturunkan oleh
Dzat yang Maha Satu dan perbedaan itu terletak pada para perowi.
Ada 3 model redaksi (riwayat) tentang SA yang telah
mencapai batas kemutawatiran;
1. Riwayat yang menjelaskan kisah tentang perbedaan
antara sahabat pada sebuah qira’ah. Seperti kejadian Ubay dengan Umar ibn
khaththab, atau juga seperti Umar ibn khaththab yang berselisih dengan Hisyam
bin hakim tentang surat Furqon yang kemudian mereka langsung bertanya kepada
baginda Nabi saw.
2. Riwayat redaksi yang berbunyi perintah Jibril as.
kepada Nabi saw. untuk membaca Qur’an dengan SA
3. Riwayat yang berisi bahwa Rasul saw. bercerita
tentang sifat qira’ah maupun nuzul
Pendapat terpopuler yang disebutkan dalam kitab Tarikh
al-Qur’an
1. Menurut ibn Qutaybah, SA adalah سبع لغات متفرقة فى القرءان yang diklasifikasi menjadi سبعة أوجه (tujuh Wajah) meliputi, اختلاف فى الإعراب, اختلاف فى الأسماء, اختلاف فى
زيادة والنقصان, اختلاف فى تصريف الفعل, اختلاف فى التقديم والتأخير¸ اختلاف فى
الإدغامات dll.
Az-Zarqoniy dalam manahil al-‘irfan menegaskan bahwa pendapat
ini juga dianut (memiliki kesamaan) dengan pendapat Abu al-fadl ar-Roziy dan
Ibn Jazariy (walapun keduanya mengatakan perbedaan dengan pendapat Ibn
Qutaybah).
2. Menurut ath-Thobariy, SA adalah سبع لغات فى كلمة واحدة, Tujuh
bahasa untuk mengungkap 1 kalimat. Pendapat ini ditentang oleh banyak ulama’.
3. SA adalah سبع قراءات,
Qira’at tujuh. Pendapat ini dianggap tidak valid karena SA terjadi jauh sebelum
adanya qira’at -yang merupakan hasil rumusan Ibn Mujahid (abad 5 H)- sedangkan
SA itu ada sejak dua tahun sebelum kewafatan Nabi saw., walaupun sedikit banyak
qira’at sab’ itu memiliki irisan kesamaan dengan SA.
4. SA adalah tujuh persoalan penting yang terdapat
dalam al-Qur’an berupa; janji, ancaman, halal, haram, perintah, larangan,
permitsalan.
Apa yang dimaksud Sab’ah disini?
-
Jumhur
berpendapat, ini adalah hakekat angka tujuh (bilangan antara 6 dan 8)
-
Menurut Ibn
Jazariy dan Qodli ‘Iyadl bahwa tujuh disini bukanlah berarti angka secara
hakiki akan tetapi yang dimaksud adalah Dilalah Taktsir, yang
menunjukkan makna yang sangat banyak. Seperti pahala yang dilipatgandakan 7
lalu 70 lalu 700 dst yang menunjukkan bahwa pahala itu tidak terbilang dalam
kelipatan gandanya.
Sedangkan Hurf disini berarti طرف الشيئ (ujung
sesuatu).
Kapan terjadinya SA ini?
Terjadi pada akhir tahun 8 Hijriyah dan awal tahun ke 9 yang bertepatan
di Madinah al-Munawwaroh. SA muncul beriringan dengan banyaknya masyarakat yang
memeluk Islam, yang sangat variasi dalam dialeknya.
Kurang lebih 21 tahun al-Qur’an itu dibaca oleh Nabi saw. dan para
sahabat yang jumlahnya sangat sedikit –saat di Makkah- dengan Harf Wahid sebab masyarakatnya
yang masih homogen yaitu satu etnis Quraisy. Lalu setelah hijrah ke Madinah
yang memiliki msyarakat yang sangat plural sehingga Rasul saw. meminta Allah
SWT. melalui Jibril as. untuk diberikan Rukhsoh bagi Ummatnya.
Dalam menanggapi riwayat ini, ada 2 model;
1. SA merupakan Given (anugerah) Allah SWT
atau memiliki konsep Top to Bottom (Atas ke Bawah)
2. SA menggunakan konsep Bottom to Up (dari
Bawah ke Atas), artinya merupakan permintaan Rasul saw. kepada Allah SWT untuk
memberikan Rukhsoh pada Ummatnya.
Proses SA ini terjadi
sekitar 2 tahun sebelum Rasul saw. wafat (11 H). Kendati demikian SA sudah
menyebar luas dikalangan Sahabat.
Apakah Rukhsoh
dalam SA ini terus berlanjut setelah Rasul saw. wafat?
-
Pendapat
pertama mengatakan terus ada sampai sekarang
-
Pendapat
kedua mengatakan SA sudah tidak ada lagi, apalagi setelah al-Qur’an
dikodifikasi oleh sahabat Utsman ibn Affan
Ibn Jarir berpendapat
bahwa setelah kodifikasi al-Qur’an, bentuk model huruf mushaf yang dipakai hanyalah
model tulisan suku Quraisy –maka keeanam huruf yang lain sudah tidak terpakai-,
kendati demikian, sahabat Utsman dan Tim, tetap bersungguh-sungguh agar tulisan
yang dipakai ini dapat mewakili semua bacaan yang sampai saat ini kita terima,
seperti menulis kata sholah dengan menggunakan huruf wawu. Akan
tetapi, menurut para ulama hasil tulisan sahabat Utsman ini hanya dapat
mewakili sepertiga dari semua bacaan.
Semangat Rukhsoh
SA ini terus terasa saapai detik ini dengan adanya qiraat sab’.
Pak Ulin ≫ permasalahan ini tak kunjung usai, dan pendapat yang saya paparkan ini
adalah pendapat yang saya ikuti. Adapun jika ada yang tidak sependapat itu juga wajar sebab
banyaknya pembahasan tentang SA
ini.
Langganan:
Postingan (Atom)