Resume
Bi Tashorrufin
30
September 2016
Materi
Makki dan Madani
Oleh : Dr.
Ulin Nuha, MA.
MAKKIY & MADANIY
-
Mulai dari
pasca Rasul saw. wafat
-
Menjadi
penting sebab untuk:
·
Untuk
mengetahui Hikmah Tasyri’
·
Untuk
mengetahui Nasikh mansukh
-
Beragam cara
ulama dalam mengklasifikasi ayat Makkiy dan Madaniy:
1. Pendekatan geografis
Berpatokan pada dua kota besar yang ditinggali Nabi saw.
Jika turun di Makkah dan sekitarnya maka disebut Makkiyyah, dan jika
turun di Madinah dan sekitarnya maka disebut Madaniyyah.
2. Pendekatan Historis – kronologis
Menetapkan hijrah Nabi saw. ke Madinah sebagai pembatas
yang membedakan antara Makkiyyah dan Madaniyyah.
3. Pendekatan Sosiologis – antropologis
Lebih melihat pada mukhothob dalam ayat. Kalau
yang disampaikan untuk ahli Madinah maka disebut Madaniyyah dan
sebaliknya.
4. Pendekatan Filosofis
Memandang kajian komprehensif tentang tema atau isi
(konten) dari surat. Pada pendekatan ini akan menimbulkan ciri-ciri seperti
yang disimpulkan para ulama’. Sebagai contoh ayat yang diawali يا أيها الناس maka
menunjukkan ayat Makkiyyah dan يا أيها الذين ءامنوا
menunjukkan ayat Madaniyyah, walaupun tidak semua memakai rumusan ciri semacam
itu.
Jumhur lebih memilih pada pendekatan historis sebab mampu
mengkoordinir ayat-ayat yang jauh (letaknya) dari Makkah maupun Madinah,
seperti ayat peperangan (hudaybiyyah), thaif, dan ayat saat isra' (menurut qil)
saat di langit.
-
Minimnya
informasi tentang penetapan turunnya ayat sehingga membutuhkan penetapan
ciri-ciri seperti pada pendekatan keempat.
-
Perbedaan
dalam pengklasifikasian ini secara logis akan menyebabkan adanya perbedaan
jumlah surat dalam tiap kelompoknya
-
Jumhur
menggunakan metode Aghlabiyyah (ayat yang paling dominan) dalam
menggolongkan ‘surat’ tersebut Makki atau Madaniy, atau terkadang menggunakan
metode Ro’s al-ayat, permulaan ayat sebagai penentu golongan Makki atau
Madaniy.
-
Adanya
klarifikasi ini tidak mengganggu keotentikan al-Qur’an
-
Urutan surat
dalam al-Qur’an terdapat bermacam pendapat ulama: (Manahil, azZarqoniy)
1. Urutan ayat dan surat adalah tauqifiy atau
ketetapan dari Allah SWT
2. Urutan ayat dalam satu surat adalah tauqifiy,
namun urutan surat adalah ijtihadiy atau hasil ijtihad sahabat Utsman
berserta tim. Ini adalah pendapat
yang dipakai oleh jumhur.
3. Urutan ayat dan surat adalah ijtihadiy
4. Jika ada riwayat-riwayatnya maka tauqifiy
dan jika tidak ada riwayatnya maka ijtihadiy. Seperti riwayat ضع اية كذا وكذا, juga اقرؤا الزهروين.
Kesemua tadi tidak merusak
keorisinilan al-Qur’an. Ketika sebuah hasil ijtihad telah disetujui dan telah mujma’
maka pasti kebenarannya. Oleh sebab itu, tugas kita hanyalah mengikuti dan
mempelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar