Selasa, 04 Oktober 2016

ULUMUL QUR'AN



Resume Bi Tashorrufin
30 September 2016
Materi Makki dan Madani

Oleh : Dr. Ulin Nuha, MA.

MAKKIY & MADANIY

-          Mulai dari pasca Rasul saw. wafat
-          Menjadi penting sebab untuk:
·         Untuk mengetahui Hikmah Tasyri’
·         Untuk mengetahui Nasikh mansukh
-          Beragam cara ulama dalam mengklasifikasi ayat Makkiy dan Madaniy:
1.       Pendekatan geografis
Berpatokan pada dua kota besar yang ditinggali Nabi saw. Jika turun di Makkah dan sekitarnya maka disebut Makkiyyah, dan jika turun di Madinah dan sekitarnya maka disebut Madaniyyah.
2.       Pendekatan Historis – kronologis
Menetapkan hijrah Nabi saw. ke Madinah sebagai pembatas yang membedakan antara Makkiyyah dan Madaniyyah.
3.       Pendekatan Sosiologis – antropologis
Lebih melihat pada mukhothob dalam ayat. Kalau yang disampaikan untuk ahli Madinah maka disebut Madaniyyah dan sebaliknya.
4.       Pendekatan Filosofis
Memandang kajian komprehensif tentang tema atau isi (konten) dari surat. Pada pendekatan ini akan menimbulkan ciri-ciri seperti yang disimpulkan para ulama’. Sebagai contoh ayat yang diawali يا أيها الناس maka menunjukkan ayat Makkiyyah dan يا أيها الذين ءامنوا menunjukkan ayat Madaniyyah, walaupun tidak semua memakai rumusan ciri semacam itu.

Jumhur lebih memilih pada pendekatan historis sebab mampu mengkoordinir ayat-ayat yang jauh (letaknya) dari Makkah maupun Madinah, seperti ayat peperangan (hudaybiyyah), thaif, dan ayat saat isra' (menurut qil) saat di langit.
-          Minimnya informasi tentang penetapan turunnya ayat sehingga membutuhkan penetapan ciri-ciri seperti pada pendekatan keempat.
-          Perbedaan dalam pengklasifikasian ini secara logis akan menyebabkan adanya perbedaan jumlah surat dalam tiap kelompoknya
-          Jumhur menggunakan metode Aghlabiyyah (ayat yang paling dominan) dalam menggolongkan ‘surat’ tersebut Makki atau Madaniy, atau terkadang menggunakan metode Ro’s al-ayat, permulaan ayat sebagai penentu golongan Makki atau Madaniy.
-          Adanya klarifikasi ini tidak mengganggu keotentikan al-Qur’an
-          Urutan surat dalam al-Qur’an terdapat bermacam pendapat ulama: (Manahil, azZarqoniy)
1.       Urutan ayat dan surat adalah tauqifiy atau ketetapan dari Allah SWT
2.       Urutan ayat dalam satu surat adalah tauqifiy, namun urutan surat adalah ijtihadiy atau hasil ijtihad sahabat Utsman berserta tim. Ini adalah pendapat yang dipakai oleh jumhur.
3.       Urutan ayat dan surat adalah ijtihadiy
4.       Jika ada riwayat-riwayatnya maka tauqifiy dan jika tidak ada riwayatnya maka ijtihadiy. Seperti riwayat ضع اية كذا وكذا, juga اقرؤا الزهروين.
Kesemua tadi tidak merusak keorisinilan al-Qur’an. Ketika sebuah hasil ijtihad telah disetujui dan telah mujma’ maka pasti kebenarannya. Oleh sebab itu, tugas kita hanyalah mengikuti dan mempelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar