Resume
Bi Tashorrufin
23
September 2016
Materi
Sab’atu Ahruf
Oleh : Dr.
Ulin Nuha, MA.
SAB’ATU AHRUF (SA)
-
Merupakan
persoalan yang tak kunjung usai bahkan sampai detik ini, baik antara ulama
Sunni maupun antara ulama Sunni dengan aliran yang lain
-
As-Suyuthi
mengatakan ada 21 sahabat -atau bahkan ada ulama lain yang mengatakan 24
sahabat- yang meriwayatkan tentang SA, dengan jumlah perowi yang sangat banyak,
yang menurut Ibn Taymiyyah bahwa pembahasan tentang SA ini telah mencapai batas
Mutawatir (Sanad dan riwayat yg sangat banyak).
-
Menurut Ahlus
Sunah, SA ini ada dan harus diwacanakan. Sedangkan Syi’ah tidak mempercayai
keberadaan SA ini sebab perowi hadits tentang SA adalah bukan ahlu Bayt. Bahkan
ada ungkapan yang berbunyi القرءان
نزل من عند واحد واختلافه يجيئ من قبل الرواة , bahwa Al-Qur’an itu satu, diturunkan oleh
Dzat yang Maha Satu dan perbedaan itu terletak pada para perowi.
Ada 3 model redaksi (riwayat) tentang SA yang telah
mencapai batas kemutawatiran;
1. Riwayat yang menjelaskan kisah tentang perbedaan
antara sahabat pada sebuah qira’ah. Seperti kejadian Ubay dengan Umar ibn
khaththab, atau juga seperti Umar ibn khaththab yang berselisih dengan Hisyam
bin hakim tentang surat Furqon yang kemudian mereka langsung bertanya kepada
baginda Nabi saw.
2. Riwayat redaksi yang berbunyi perintah Jibril as.
kepada Nabi saw. untuk membaca Qur’an dengan SA
3. Riwayat yang berisi bahwa Rasul saw. bercerita
tentang sifat qira’ah maupun nuzul
Pendapat terpopuler yang disebutkan dalam kitab Tarikh
al-Qur’an
1. Menurut ibn Qutaybah, SA adalah سبع لغات متفرقة فى القرءان yang diklasifikasi menjadi سبعة أوجه (tujuh Wajah) meliputi, اختلاف فى الإعراب, اختلاف فى الأسماء, اختلاف فى
زيادة والنقصان, اختلاف فى تصريف الفعل, اختلاف فى التقديم والتأخير¸ اختلاف فى
الإدغامات dll.
Az-Zarqoniy dalam manahil al-‘irfan menegaskan bahwa pendapat
ini juga dianut (memiliki kesamaan) dengan pendapat Abu al-fadl ar-Roziy dan
Ibn Jazariy (walapun keduanya mengatakan perbedaan dengan pendapat Ibn
Qutaybah).
2. Menurut ath-Thobariy, SA adalah سبع لغات فى كلمة واحدة, Tujuh
bahasa untuk mengungkap 1 kalimat. Pendapat ini ditentang oleh banyak ulama’.
3. SA adalah سبع قراءات,
Qira’at tujuh. Pendapat ini dianggap tidak valid karena SA terjadi jauh sebelum
adanya qira’at -yang merupakan hasil rumusan Ibn Mujahid (abad 5 H)- sedangkan
SA itu ada sejak dua tahun sebelum kewafatan Nabi saw., walaupun sedikit banyak
qira’at sab’ itu memiliki irisan kesamaan dengan SA.
4. SA adalah tujuh persoalan penting yang terdapat
dalam al-Qur’an berupa; janji, ancaman, halal, haram, perintah, larangan,
permitsalan.
Apa yang dimaksud Sab’ah disini?
-
Jumhur
berpendapat, ini adalah hakekat angka tujuh (bilangan antara 6 dan 8)
-
Menurut Ibn
Jazariy dan Qodli ‘Iyadl bahwa tujuh disini bukanlah berarti angka secara
hakiki akan tetapi yang dimaksud adalah Dilalah Taktsir, yang
menunjukkan makna yang sangat banyak. Seperti pahala yang dilipatgandakan 7
lalu 70 lalu 700 dst yang menunjukkan bahwa pahala itu tidak terbilang dalam
kelipatan gandanya.
Sedangkan Hurf disini berarti طرف الشيئ (ujung
sesuatu).
Kapan terjadinya SA ini?
Terjadi pada akhir tahun 8 Hijriyah dan awal tahun ke 9 yang bertepatan
di Madinah al-Munawwaroh. SA muncul beriringan dengan banyaknya masyarakat yang
memeluk Islam, yang sangat variasi dalam dialeknya.
Kurang lebih 21 tahun al-Qur’an itu dibaca oleh Nabi saw. dan para
sahabat yang jumlahnya sangat sedikit –saat di Makkah- dengan Harf Wahid sebab masyarakatnya
yang masih homogen yaitu satu etnis Quraisy. Lalu setelah hijrah ke Madinah
yang memiliki msyarakat yang sangat plural sehingga Rasul saw. meminta Allah
SWT. melalui Jibril as. untuk diberikan Rukhsoh bagi Ummatnya.
Dalam menanggapi riwayat ini, ada 2 model;
1. SA merupakan Given (anugerah) Allah SWT
atau memiliki konsep Top to Bottom (Atas ke Bawah)
2. SA menggunakan konsep Bottom to Up (dari
Bawah ke Atas), artinya merupakan permintaan Rasul saw. kepada Allah SWT untuk
memberikan Rukhsoh pada Ummatnya.
Proses SA ini terjadi
sekitar 2 tahun sebelum Rasul saw. wafat (11 H). Kendati demikian SA sudah
menyebar luas dikalangan Sahabat.
Apakah Rukhsoh
dalam SA ini terus berlanjut setelah Rasul saw. wafat?
-
Pendapat
pertama mengatakan terus ada sampai sekarang
-
Pendapat
kedua mengatakan SA sudah tidak ada lagi, apalagi setelah al-Qur’an
dikodifikasi oleh sahabat Utsman ibn Affan
Ibn Jarir berpendapat
bahwa setelah kodifikasi al-Qur’an, bentuk model huruf mushaf yang dipakai hanyalah
model tulisan suku Quraisy –maka keeanam huruf yang lain sudah tidak terpakai-,
kendati demikian, sahabat Utsman dan Tim, tetap bersungguh-sungguh agar tulisan
yang dipakai ini dapat mewakili semua bacaan yang sampai saat ini kita terima,
seperti menulis kata sholah dengan menggunakan huruf wawu. Akan
tetapi, menurut para ulama hasil tulisan sahabat Utsman ini hanya dapat
mewakili sepertiga dari semua bacaan.
Semangat Rukhsoh
SA ini terus terasa saapai detik ini dengan adanya qiraat sab’.
Pak Ulin ≫ permasalahan ini tak kunjung usai, dan pendapat yang saya paparkan ini
adalah pendapat yang saya ikuti. Adapun jika ada yang tidak sependapat itu juga wajar sebab
banyaknya pembahasan tentang SA
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar