Selasa, 04 Oktober 2016

ULUMUL QUR'AN



Resume Bi Tashorrufin
23 September 2016
Materi Sab’atu Ahruf

Oleh : Dr. Ulin Nuha, MA.

SAB’ATU AHRUF (SA)
-          Merupakan persoalan yang tak kunjung usai bahkan sampai detik ini, baik antara ulama Sunni maupun antara ulama Sunni dengan aliran yang lain
-          As-Suyuthi mengatakan ada 21 sahabat -atau bahkan ada ulama lain yang mengatakan 24 sahabat- yang meriwayatkan tentang SA, dengan jumlah perowi yang sangat banyak, yang menurut Ibn Taymiyyah bahwa pembahasan tentang SA ini telah mencapai batas Mutawatir (Sanad dan riwayat yg sangat banyak).
-          Menurut Ahlus Sunah, SA ini ada dan harus diwacanakan. Sedangkan Syi’ah tidak mempercayai keberadaan SA ini sebab perowi hadits tentang SA adalah bukan ahlu Bayt. Bahkan ada ungkapan yang berbunyi القرءان نزل من عند واحد واختلافه يجيئ من قبل الرواة  , bahwa Al-Qur’an itu satu, diturunkan oleh Dzat yang Maha Satu dan perbedaan itu terletak pada para perowi.

Ada 3 model redaksi (riwayat) tentang SA yang telah mencapai batas kemutawatiran;
1.       Riwayat yang menjelaskan kisah tentang perbedaan antara sahabat pada sebuah qira’ah. Seperti kejadian Ubay dengan Umar ibn khaththab, atau juga seperti Umar ibn khaththab yang berselisih dengan Hisyam bin hakim tentang surat Furqon yang kemudian mereka langsung bertanya kepada baginda Nabi saw.
2.       Riwayat redaksi yang berbunyi perintah Jibril as. kepada Nabi saw. untuk membaca Qur’an dengan SA
3.       Riwayat yang berisi bahwa Rasul saw. bercerita tentang sifat qira’ah maupun nuzul

Pendapat terpopuler yang disebutkan dalam kitab Tarikh al-Qur’an
1.       Menurut ibn Qutaybah, SA adalah سبع لغات متفرقة فى القرءان yang diklasifikasi menjadi سبعة أوجه (tujuh Wajah) meliputi, اختلاف فى الإعراب, اختلاف فى الأسماء, اختلاف فى زيادة والنقصان, اختلاف فى تصريف الفعل, اختلاف فى التقديم والتأخير¸ اختلاف فى الإدغامات dll.
Az-Zarqoniy dalam manahil al-‘irfan menegaskan bahwa pendapat ini juga dianut (memiliki kesamaan) dengan pendapat Abu al-fadl ar-Roziy dan Ibn Jazariy (walapun keduanya mengatakan perbedaan dengan pendapat Ibn Qutaybah).
2.       Menurut ath-Thobariy, SA adalah سبع لغات فى كلمة واحدة, Tujuh bahasa untuk mengungkap 1 kalimat. Pendapat ini ditentang oleh banyak ulama’.
3.       SA adalah سبع قراءات, Qira’at tujuh. Pendapat ini dianggap tidak valid karena SA terjadi jauh sebelum adanya qira’at -yang merupakan hasil rumusan Ibn Mujahid (abad 5 H)- sedangkan SA itu ada sejak dua tahun sebelum kewafatan Nabi saw., walaupun sedikit banyak qira’at sab’ itu memiliki irisan kesamaan dengan SA.
4.       SA adalah tujuh persoalan penting yang terdapat dalam al-Qur’an berupa; janji, ancaman, halal, haram, perintah, larangan, permitsalan.

Apa yang dimaksud Sab’ah disini?
-          Jumhur berpendapat, ini adalah hakekat angka tujuh (bilangan antara 6 dan 8)
-          Menurut Ibn Jazariy dan Qodli ‘Iyadl bahwa tujuh disini bukanlah berarti angka secara hakiki akan tetapi yang dimaksud adalah Dilalah Taktsir, yang menunjukkan makna yang sangat banyak. Seperti pahala yang dilipatgandakan 7 lalu 70 lalu 700 dst yang menunjukkan bahwa pahala itu tidak terbilang dalam kelipatan gandanya.
Sedangkan Hurf disini berarti طرف الشيئ (ujung sesuatu).

Kapan terjadinya SA ini?
Terjadi pada akhir tahun 8 Hijriyah dan awal tahun ke 9 yang bertepatan di Madinah al-Munawwaroh. SA muncul beriringan dengan banyaknya masyarakat yang memeluk Islam, yang sangat variasi dalam dialeknya.
Kurang lebih 21 tahun al-Qur’an itu dibaca oleh Nabi saw. dan para sahabat yang jumlahnya sangat sedikit –saat di Makkah-  dengan Harf Wahid sebab masyarakatnya yang masih homogen yaitu satu etnis Quraisy. Lalu setelah hijrah ke Madinah yang memiliki msyarakat yang sangat plural sehingga Rasul saw. meminta Allah SWT. melalui Jibril as. untuk diberikan Rukhsoh bagi Ummatnya.

Dalam menanggapi riwayat ini, ada 2 model;
1.   SA merupakan Given (anugerah) Allah SWT atau memiliki konsep Top to Bottom (Atas ke Bawah)
2. SA menggunakan konsep Bottom to Up (dari Bawah ke Atas), artinya merupakan permintaan Rasul saw. kepada Allah SWT untuk memberikan Rukhsoh pada Ummatnya.
Proses SA ini terjadi sekitar 2 tahun sebelum Rasul saw. wafat (11 H). Kendati demikian SA sudah menyebar luas dikalangan Sahabat.

Apakah Rukhsoh dalam SA ini terus berlanjut setelah Rasul saw. wafat?
-          Pendapat pertama mengatakan terus ada sampai sekarang
-          Pendapat kedua mengatakan SA sudah tidak ada lagi, apalagi setelah al-Qur’an dikodifikasi oleh sahabat Utsman ibn Affan
Ibn Jarir berpendapat bahwa setelah kodifikasi al-Qur’an, bentuk model huruf mushaf yang dipakai hanyalah model tulisan suku Quraisy –maka keeanam huruf yang lain sudah tidak terpakai-, kendati demikian, sahabat Utsman dan Tim, tetap bersungguh-sungguh agar tulisan yang dipakai ini dapat mewakili semua bacaan yang sampai saat ini kita terima, seperti menulis kata sholah dengan menggunakan huruf wawu. Akan tetapi, menurut para ulama hasil tulisan sahabat Utsman ini hanya dapat mewakili sepertiga dari semua bacaan.

Semangat Rukhsoh SA ini terus terasa saapai detik ini dengan adanya qiraat sab’.
Pak Ulin permasalahan ini tak kunjung usai, dan pendapat yang saya paparkan ini adalah pendapat yang saya ikuti. Adapun jika ada yang tidak sependapat itu juga wajar sebab banyaknya pembahasan tentang SA ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar